Review Film : The Grand Budapest Hotel (2014)


Film The Grand Budapest adalah film dengan genre drama komedi yang rilis pada tahun 2014. Film ini adalah film garapan dari sutradara ternama yaitu Wes Anderson. Ngomongin tentang Wes Anderson, para penonton yang menyukai film garapannya pasti sudah tahu tontonan seperti apa yang akan dibuatnya dan pada The Grand Budapest Hotel Wes Anderson membuatnya dengan sangat indah, dimana film The Grand Budapest Hotel memiliki gambar-gambar yang penuh warna, set yang tertata serta artistik, atmosfer yang quirky, hingga kekacauan yang terasa absurd namun menyenangkan. Film ini terinspirasi dari buku milik seorang penulis asal Austria bernama Stefan Zweig yang berjudul Beware of Pity dan film ini diperankan oleh bintang bintang ternama seperti Ralph Fiennes, Adrien Brody, Willem Dafoe, Saoirse Ronan, Edward Norton, Jude Law, Harvey Keitel, Bill Murray, Tilda Swinton, Tom Wilkinso hingga Owen Wilson yang bermain dalam peran utama hingga sekedar cameo. Film ini juga berhasil memenangkan 4 penghargaan pada malam Penganugrahan Piala Oscar ke-87 dengan kategori Best Original Soundtrack, Best Costume Design, Best Make-up & Hairstyle, serta Production Design.

Sinopsis

Seorang anak perempuan mendatangi makam seseorang bernamakan Author. Dia membawa serta karya Author berupa buku berjudul The Grand Budapest Hotel. Buku itu ditulis pada tahun 1985 dan menceritakan tentang kejadian di tahun 1968. Hotel itu terletak di sebuah pegunungan yang diselimuti oleh salju. Untuk sampai ke sana, pengunjung perlu menggunakan kereta gantung.
Narator pergi ke The Grand Budapest Hotel yang kondisinya kini sudah nggak terawat. Dia menemui Zero Moustafa yang merupakan pemilik hotel. Status sebagai pemilik nggak membuat Zero tinggal di kamar mewah, dia memilih tidur di kamar pegawai dengan luas seadanya. Ketika makan malam, Zero menceritakan pengalamannya di The Grand Budapest Hotel.

Zero mulai bekerja di The Grand Budapest Hotel sebagai bellboy pada tahun 1932. Dia memiliki atasan yang juga bertugas sebagai concierge yaitu Monsieur Gustave H. Gustave kerap menggoda para tamu hotel yang berasal dari kalangan orang kaya. Salah satunya adalah Madame D. yang sudah berusia 84 tahun dan sudah berhubungan dengan Gustave selama 20 tahun. Madame D menginap di The Grand Budapest Hotel. Dia menceritakan bahwa dia khawatir akan tertimpa nasib buruk. Kekhawatiran Madame D terbukti karena itu menjadi kesempatan terakhirnya menjadi tamu hotel. Sebulan setelah bertemu Gustave, Madame D ditemukan tewas secara misterius di rumahnya.
Gustave dan Zero mengunjungi rumah mendinag Madame D. Di sana ternyata sudah dipenuhi oleh keluarga dan kerabat Madame D yang tengah menunggu surat wasiat dibacakan oleh pengacara, Vilmos Kovacs. Kovacs membacakan wasiat yang di dalamnya menyatakan bahwa lukisan era Renaissance berjudul Boy with Apple diwariskan kepada Gustave.

Anak Madame D, Dmitri marah besar karena lukisan berharga itu nggak diwariskan padanya. Dmitri menuduh bahwa Gustave dan Zero merupakan dua orang yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Dia meminta kedua tamunya itu agar segera ditangkap. Gustave dan Zero melarikan diri bersama dengan lukisan.

Review

Menurut saya film ini memberikan kegembiraan yang sangat besar, baik dari cerita yang ada pada film, aksi para pemerannya hingga teknik cinematografi serta warna warna yang sangat cocok dengan wardrobe yang digunakan.

Mempunyai alur cerita didalam cerita

Film The Grand Budapest Hotel adalah salah satu film dengan cerita ke-absurdnya yang mungkin sulit diterima oleh para penonton yang baru menikmati karya Wes Anderson. Namun sebenarnya, film ini mempunyai alur cerita didalam cerita dimana film ini menceritakan kisah Zero Mustafa, seorang pria tua pemilik hotel tersebut yang bersedia menceritakan kisah bagaimana ia bisa menjadi pemilik dari hotel tersebut. Dari sini kita dapat melihat bagaimana cara Wes Anderson mengemasnya menjadi suatu cerita yang nyaman untuk ditonton.

Mempunyai Warna yang Cerah dan Setting yang tertata sangat baik

Begitu banyak warna-warni cerah yang begitu memanjakan mata dipadukan dengan tata artistik yang seolah memberikan kesan bahwa tiap setting yang muncul meski hanya beberapa detik benar-benar digarap dan diperhatikan sampai ke tingakatan detail yang paling kecil.


Penempatan kamera yang mendukung tata artistik

Penempatan kameranya benar-benar mendukung tata artistik super detail melalui sudut pandang yang beragam, hingga adanya wide-shot ala Wes Anderson yang sanggup memberikan kesan megah dalam tiap adegannya. Film ini memberikan kesan yang indah di setiap scenenya sehingga setiap detail dalam film ini sangat menarik untuk dilihat. Entah itu hanya sekedar adegan berjalan atau momen sekecil apapun bisa terlihat begitu cantik termasuk berkat koreografi gerak yang berpadu sempurna menciptakan keselarasan mengagumkan dengan aspek-aspek diatas. Belum lagi ditambah iringan musik garapan Alexandre Desplat yang mengisi hampir tiap adegan tanpa harus menjadi sebuah distraksi yang akan mengganggu fokus utamanya. Disinilah hebatnya aspek teknis film ini. Dengan kuantitas melimpah yang sekilas terasa penuh sesak, semuanya sanggup dikawinkan menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi.

Ulasan

Menurut saya, film ini sangat seru dan menyenangkan untuk ditonton, Anda tidak hanya melihat tingkah absurd yang disuguhkan dalam film namun juga melihat aksi kejar kejaran yang super seru di dalam film ini. Film ini juga menyuguhkan warna warna yang indah dan artistic sehingga film ini sangat enak untuk ditonton.

Hayo, setelah membaca review film The Grand Budapest Hotel (2014), apakah kamu tidak sabar untuk menontonnya? Jangan lupa untuk bagikan pendapatmu tentang film ini, ya! See you

 

Rating saya untuk film ini 9.5/10






 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Film : Coco (2017)

Review Film : Everything Everywhere All At Once (2022)